Pukul
sebelas kurang lima menit. Kulangkahkan kaki ke ruang 9.303, Gedung IX Fakultas
Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Ruang kelas ini berada di lantai
tiga. Tak ada lift, adanya hanyalah deretan anak tangga yang berlapis keramik
putih kusam. Sesekali kusapa kawan kuliahku yang kukenal, sembari tetap
melangkahkan kaki ke lantai paling atas.
Kucari ruang 9.303, kutengok ke kiri
dan ke kanan. Nah, itu dia, ruang 9.303, ruang kelas mata kuliah Penulisan
Populer, kataku dalam hati. Kembali kulangkahkan kaki ke arah ruang tersebut.
Tampak dari luar ruangan ini cukup luas, pikirku. Mataku seketika tertuju pada
isi ruangan yang dapat kulihat melalui kaca bening pintu. Ruangan ini kosong,
belum ada satu pun mahasiswa yang hadir. Pintunya masih tertutup rapat. Kubuka
dengan perlahan, kulangkahkan kaki kanan dan lalu masuk ruangan ini.
Cukup luas ruang 9.303 ini,
ukurannya kira-kira 8x6 meter, tapi tampak kotor. Dindingnya bercat kuning
lembut berbalut bercak-bercak hitam, sisa-sisa kejahilan penghuni masa lalu.
Kursi kuliah masih berantakan, membangkitkan hasratku untuk merapikannya satu
per satu. Lantainya masih berselimut debu, kusam, dan ada bagian yang retak.
Sayangnya tak ada sapu. “Inikah Perguruan Tinggi nomor satu di negeriku?" tanyaku.
Selesai merapikan kursi yang
berantakan, akupun duduk diam di kursi bagian tengah. Kuamati ruangan ini
dengan rinci. Di dinding sebelah kanan terdapat terdapat tujuh jendela kaca,
dan enam buah jendela kaca di sebelah kiri. Tepat di atasnya, terpasang sebuah
pendingin ruangan. Langit-langitnya pun tampak kusam, sekusam lantai ini.
Terdapat beberapa bagian yang mulai keropos. Namun, ada yang tampak menarik
dari ruang ini, yaitu bentuk langit-langitnya yang dibuat menjorok ke samping
kanan, selaras dengan atap bagian luar.
Masih di bagian langit-langit ruang
9.303. Tegantung sebuah LCD proyektor
berwarna putih. Mereknya EPSON. Alat ini digunakan untuk menampilkan gambar, video,
atau data dari komputer pada sebuah layar putih. Lampu ruangan ini tampak tak
begitu bagus, ada satu lampu neon yang mati. Mungkin belum sempat diganti,
dalam benakku.
Layaknya sebuah ruang kelas, ruangan
ini dilengkapi dengan papan tulis kaca, lengkap dengan tempat spidol dan
penghapus di bagian kanan bawahnya. Papan tulis ini tampak masih baru. Kirinya,
tertempel tiga buah poster, dua poster tentang plagiarisme. Plagiarime atau
sering disebut dengan plagiat adalah penjiplakan atau pengambilan karangan,
pendapat, dan lain sebagainya dari orang lain dan menjadilkannya milik diri
pribadi. Satu poster lagi yaitu yang bertuliskan: SELAMA PERKULIAHAN
BERLANGSUNG HARAP TELEPON GENGGAM DIMATIKAN, disertai gambar ilustrasinya.
Ketika kubaca poster ini, ingatanku menerawang ke masa lalu. Aku teringat,
sering sekali peraturan ini dilanggar. Tak hanya oleh mahasiswa, tapi juga
dosen. Yah, poster ini tampaknya sebagai pengingat kita agar susasana kelas
jadi kondusif dan tertib, pikirku.
Ingatanku masih berkutat,
kuingat-ingat lagi.
“Hmmmn, aku pernah berada di kelas ini, ketika masih menjadi mahasiswa baru," ucapku. Kala itu, aku belajar tentang agama Islam di ruang kelas ini. Dosennya Pak Zaki Mubarak. Beliau dosen yang sabar dan wawasannya luas. Kini, aku kembali belajar di ruang ini lagi dengan mata kuliah yang berbeda.
“Hmmmn, aku pernah berada di kelas ini, ketika masih menjadi mahasiswa baru," ucapku. Kala itu, aku belajar tentang agama Islam di ruang kelas ini. Dosennya Pak Zaki Mubarak. Beliau dosen yang sabar dan wawasannya luas. Kini, aku kembali belajar di ruang ini lagi dengan mata kuliah yang berbeda.
Jam ditanganku terus berdetak, pukul sebelas lewat dua puluh.
Kawan-kawanku rupanya telah hadir, satu per satu. Kusapa mereka dalam canda.
Tak berselang lama, pak dosen pun telah hadir. Suasana kelas pun menjadi
hening, semua terdiam.
***
*Tulisan ini dibuat untuk keperluan Mata Kuliah Penulisan Populer.
*Tulisan ini dibuat untuk keperluan Mata Kuliah Penulisan Populer.
0 komentar:
Post a Comment